Surat Untuk Ayah
Surat Untuk Ayah
Jakarta, 3 April 2018
Bima, Nusa Tenggara Barat
Assalamualaikum wr.wb.
Ayahku yang luar biasa.
Ayah, bagaimana kabarmu? Ayah harus baik-baik saja, jangan
sakit, jangan bekerja terlalu keras, dan jangan menangis karena merindukanku.
Mungkin Ayah akan terkejut ketika menerima dan membaca
suratku ini. Wajar. Sebab aku tak pernah menulis surat kepada Ayah sebelumnya.
Surat ini adalah surat pertama yang kutulis untuk Ayah.
Meskipun Ayah enggan
dan jarang menelponku, tapi aku tahu ayah sering diam-diam bertanya pada mama
bagaimana keadaanku. Ayah selau
mengkhatirkan hal-hal kecil. Aku baik-baik saja ayah. Jangan terlalu khawatir.
Ayah aku rindu pelukanmu seperti dulu. namun aku merasa malu sekarang hanya untuk
sekdar memelukmu. Ayah maaf jika selama ini aku selalu nakal dank keras kepala.
Apa ayah ingat saat dulu aku kabur dari rumah sakit saat
para dokter itu ingin mengoperasiku? Lalu ayah marah padaku waktu itu, namun
ayah langsung mememlukku saat melihat aku menangis. Bukannya aku tak ingin sembuh,
tapi aku takut. Saat aku bangun, aku tak bersama kalian lagi. Aku belum siap
untuk itu.
Ayah, jaga kesehatan. Sekarang aku jauh disini dan tidak
bisa memijatmu seperti dulu lagi. Apa kau rindu pijatanku ayah?
Ayah, apa kau ingat saat aku kecil dulu? Kau selalu
mengajakku jalan-jalan dan liburan berdua tanpa mengajak mama. Aku ingin
jalan-jalan dan liburan bersama ayah lagi, tapi aku terlalu malu hanya untuk
mengaatakannya.
Ayah, kau adalah ayah terbaik di dunia. Aku ingin kelak
memiliki pendamping hidup yang mirip dengan sosokmu. Ayah tak pernah berkata
kasar atau bahkkan teriak pada ibu, aku dan adik-adikku. Aku bertanya-tanya
terbuat dari apakah hatimu itu? Bagaimana bisa kau begitu sabar?
Aku ingat dulu saat aku masih duduk di taman kanak-kanak,
saat aku dibully oleh teman-temanku. Kau tak membiarkan hal itu terjadi dan
langsung mengeluarkanku dari TK itu.
Sejak Saatitu ketika kau tengah mengajar, ayah selalu
membawaku bersamamu. Dulu kau tak membiarkanku bermain-main di luar karena
takut aku sakit dan terluka. Ayah selalu menuruti apapun yang aku mau. Saat ayah
menemaniku jalan-jalan di dekat rumah, kau selalu memayungiku bahkan saat hari
tak hujan atau matahari yang tak terik.
Ayah, aku selalu ingin bercerita padamu tentang setiap hal
yang aku alami. Ayah mungkin tak tahu, jika aku sudah mulai mengenal cinta. Ayah
selalu melarangku untuk jatuh cinta, ayah takut jika nanti aku akan terluka. Tapi
ayah, aku jatuh cinta. Aku tak tahu bagaimana aku bisa jatuh cinta pada pria
itu. Ayah, aku ingin ayah mengenalnya. Dia
baik padaku yah, kami saling mencintai.
Ayah terkadang aku ingin menceritakan banyak hal denganmu
seperti saat aku masih kecil dulu. Ayah jika nanti aku jadi orang sukses, kita
harus pergi liburan berdua yah. Jangan ajak mama ntar dia bawel mulu hehehe.
Ayah aku tak tahu jika dunia luar begitu menyeramkan. Sekarang
aku mngerti mengapa ayah selalu menyuruhku bermain di rumah. Dunia begitu kejam
ayah. Terkadang aku merasa yang paling kecil di dunia ini, merasa akulah yang
bukan apa-apa di dunia ini. Ayah, dunia orang dewasa tidak menyenangkan. Aku ingin
kembali kepelukan ayah, tapi aku sadar jika aku tak boleh menyerah. Aku adalah
anak ayah, dan anak ayah pasti selalu kuat.
Apa ayah tahu? Sekarang aku sudah bisa masak, aku bisa
mencuci, aku sudah bisa mengurus diriku sendiri, jadi jangan terlalu khawatir. Aku
putrimu satu-satunya akan baik-baik saja di sini.
Ayah aku minta maaf. Selama ini aku tak pernah menjadi anak
yang penurut dan sering bikin mama marah hingga mama pun jadi ikutan marah pada
ayah. Aku minta maaf karena belum bisa membahagiakan ayah, tapi aku akan terus
berusaha ayah. Aku tak akan menyerah lagi.
Ayah, terima kasih sudah memberikan segalanya bagiku, terima
kasih telah mengajarkan aku banyak hal tentang kehidupan, terima kasih selalu
ada di samping ku, dan terima kasih untuk selalu mencintai dan memaafkan
kesalahanku.
Ayah, sampai di sini dulu yah surat dari putrimu. Aku akan
selalu merindukan ayah.
WITH LOVE
Wassalamualaikum.wr.wb.
Dari putrimu
Aty
Komentar
Posting Komentar